sponsor

Slider

Seputar Bekasi

Pemerintahan

Tokoh

Kuliner

Piknik

Olah Raga

» » Sabilillah: Harian Bogor Ekspres Wajib Di Audit

Persoalan internal Harian Bogor Ekspres akhirnya dibuka ke ranah publik setelah Heru Basuki melapor ke pihak kepolisian terkait raibnya dana investasi sekira Rp300 Juta yang belum jelas peruntukannya.

Persoalannya mendadak serius, padahal sebelumnya antara manajemen Bogor dan Bekasi hubungannya harmonis.

Hal ini membuat salah seorang penggagas Harian Bogor Ekspres, Sabilillah, angkat bicara guna mengklarifikasi permasalahan yang sudah diputar balikan. "Hubungan kami sangat harmonis selama ini, tapi mendadak ada peta konflik. Yang jelas yang makan uang itu bukan Jin," jelasnya.

Pria yang akrab dipanggil Al Sabili ini mendesak agar dilakukan audit keuangan segera. "Semestinya ada klarifikasi dahulu diantara para pendiri, jadi laporan kepolisian tidak menjadi senjata makan tuan nantinya," kata mantan produser CBB FM Jakarta ini.

Menurut dia, para pendiri koran lokal bogor ini meliputi Heru Basuki, Chaidir Rusli, Sabilillah, dan Nico Godjang. "Mas Nico datang terakhir setelah semua konsep koran siap kita ramu. saat dia diminta mas Heru untuk gabung dalam pertemuan di sebuah kafe kawasan Pafesta Cisarua di awal Desember 2011 lalu, disaksikan rekan - rekan saya dari Jakarta Utara," lanjutnya.

Pria yang dijuluki Ki Kolot ini mengulas sebait kalimat yang dilontarkan Nico Godjang usai kesepakatan bersama di Pafesta Cisarua yang diamini dari para pendiri, "Jangan Ada Dusta Diantara Kita". Sejak ada pernyataan pailit, dirinya juga sudah berusaha meminta klarifikasi kepada Heru Basuki dan Nico Godjang melalui selular.

"Namun mas Heru sulit dihubungi. Mas Nico juga hanya menjawab singkat prihal hutang piutang dipercetakan termasuk belum adanya laporan  keuangan dari Bogor," urainya.

Sampai saat ini, lanjut dia, para pendiri belum pernah dipertemukan dengan pemilik modal yang konon berdomisili di Bandung. Padahal, mas Heru selalu gembar - gembor akan ada pertemuan dengan pemodal dan hingga kasus ini diangkat ke ranah publik tak pernah terwujud.

Tak sampai disitu, Heru juga pernah menjanjikan kepada Sabilillah dan Chaidir Rusli bahwa namanya akan masuk kedalam akta notaris sebagai pendiri, meskipun tak terwujud, keduanya tetap enjoy melaksanakan tugas sebagai pekerja.

"Juga, janji mas Heru itu sejak bulan Nopember 2011, janjinya bukan kepada saya saja, tapi juga kepada Chaidir. Belum lagi soal dana ratusan juta hanya dia yang tahu alirannya dari siapa dan untuk apa saja, dan kami tidak pernah diberi tahu soal keuangan," tambahnya.


Harian Bogor Ekspres Belum Pailit

Mendadak Heru Basuki melalui Chaidir Rusli menyatakan bahwa Harian Bogor Ekspres sudah pailit. Padahal, koran ini baru memasuki bulan ke empat dan prospeknya cukup cerah sebagai koran lokal Bogor pendatang baru.

"Sementara belum ada audit sebelumnya dan tidak ada penjelasan resmi mengenai pokok persoalan terhentinya pasokan dana. Maka saya yakin Harian Bogor Ekspres belum pailit," tegas Sabilillah. Akibatnya, tambah dia, yang dirugikan adalah semua rekan kerja di Bogor yang sedang bersemangat membesarkan koran tiba - tiba dibuat "down" dengan pernyataan sepihak itu.

"Berulang kali saya tanyakan kepada adik saya, Chaidir Rusli, untuk menjelaskan duduk persoalannya. Tapi Chaidir pun geleng kepala dan mengaku hanya mengurus keuangan, pemasaran dan periklanan khusus Bogor saja. Itu pun keuangan Bogor ga jelas juga, saling lempar antara mas Heru dan Chaidir," ungkapnya lagi.

Atas permasalahan ini, Sabilillah mengaku sangat dirugikan dari semua aktifitas media online menjadi terbengkalai sejak akhir tahun 2011. Lantaran tersita waktu tenaga pemikiran yang diminta Heru Basuki dan Chaidir Rusli untuk fokus menyusun konsep koran, menyiapkan sumber daya manusia, pembekalan bagi calon wartawan yang direkrut, dan simulasi penerbitan sebanyak dua kali sampai akhir Februari 2012.

"Jujur saja, saya dan semua kru di Bogor jadi mandi malu. Malah sekarang Chaidir belum mau balas sms saya lagi, kan akhirnya hubungan silaturahim di Bogor terancam," ucap dia.

Tak hanya itu, dia akhirnya menjadi sasaran bagi para kru yang belum menerima upah selama melaksanakan tugas - tugasnya. "Baca nih sms dari beberapa kru yang belum kebagian upah, kalimatnya ketus dan gak enak dibaca kan?!, koq jadi saya yang dikejar untuk bayar upah padahal saya tidak pernah urusi soal uang kecuali berita dan berita setiap hari," paparnya sambil menunjukan isi sms di ponselnya.

Saat dirinya menyampaikan hal ini malah terjadi kesalah pahaman dengan Chaidir Rusli. Terlebih saat ditanya dana pemasukan iklan, hasil penjualan koran dan barang - barang inventaris kantor yang mulai raib satu per satu. Ditambah lagi adanya janji Heru Basuki di kafe SPBU/PO Lorena Tajur Bogor, sekira akhir bulan Mei 2012, bahwa para kru akan dibayar rapel dua bulan sekaligus selambatnya tanggal 5 Juli 2012.

Mengenai persoalan Heru Basuki menginap di hotel parama puncak, jalan - jalan ke Bali, beli mobil baru, isu pengalihan dana koran ke Majalah Sepeda, maupun iming - iming akan ada rekening pencucian uang segala baru diketahui Sabilillah dari adiknya, Chaidir Rusli.

Menyikapi itu semua, Sabilillah berharap kepada para pendiri untuk kembali duduk bersama dan mengundang semua pendiri termasuk pemodal agar duduk perkara yang sebenarnya terungkap tidak ada fitnah diantaranya.

"Kalau ga ada yang mau fasilitasi, biarlah Saya usahakan yang akan memfasilitasi pertemuan di Cibinong, ini khusus dihadiri Si Pemodal, Heru, Nico, Chaidir. Mohon maaf tidak perlu bawa pendamping dan yang tidak berkepentingan saya tegaskan tidak usah hadir karena saya akan usir. Sebab, pertemuan ini khusus menyelesaikan persoalan internal, saya ingin semua akur kembali," tegas Sabilillah. (roy)

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Leave a Reply