Cabangbungin - Bekasi Tidak bisa dipisahkan dari kisah heroisme perjuangan para ulama. Banyak kisah yang masih tersembunyi. Fakta sejarah bercampur dengan cerita yang dituturkan turun temurun, hingga nyaris menjadi mitos. Salah satunya adalah kisah Kramat Batok.
Tidak ada fakta sejarah yang pasti tentang tempat yang berada Desa Jayabhakti Cabangbungin. Lokasinya jauh dari pemukiman warga, berada di tengah hutan kecil yang sebagian sudah menjadi ladang dan sawah milik warga. Tempat ini dipercayai oleh sebagain orang memiliki karomah yang bisa membantu mengabulkan permintaan dan doa.
“Setiap hari selalu saja ada orang yang datang. Terutama kalau malam Jumat. Para peziarah datang dari berbagai daerah,” ujar Linih, perempuan tua yang juga juru kunci Kramat Batok.
Menurut Linih, Kramat Batok pertama kali ditemukan oleh Gabid, seorang ulama pejuang pada tahun 1850. Gadib dan pusakannya menemukan Kramat Batok saat sedang dalam pelarian dari pengejaran pasukan Belanda. Saat berada di hutan Cabang Bungin dia menemukan sebuah gubuk tua.
“Saat ditemukan, di dalam gubuk sudah ada Batok Kelapa yang bisa digunakan untuk makan dan minum. Ajaibnya, setiap makanan yang ditaruh di batok tersebut tidak habis-habis meskipun sudah dibagi kepada puluhan pasukan Gabid,” kata Linih.
Akhirnya, Gabid dan pasukannya memilih untuk menetap di tempat tersebut. Mereka kemudian membuka hutan untuk dijadikan pemukiman yang disebut sebagai Kampung Luyu. Pada pekembangan selanjutnya, dimekarkan menjadi tiga yaitu Desa Jayabakti, Sindangjaya dan Sindangsari.
“Selain menjadi perkampungan, Gabid juga menyebarkan Islam di Cabangbungin,” kata Linih.
Gabid menetap di Kramat Batok sampai akhir hayatnya, dan dimakamkan tidak jauh dari Gubuk Kramat Batok. Semenjak itu, masyarakat mulai sering berziarah ke Makam Gabid. Meskipun awalnya hanya untuk menghormati jasa-jasa Gabid, namun lambat laun tempat tersebut dikramatkan oleh masyarakat sekitar.
Setiap malam 1 Syuro, Kramat Batok ramai dikunjungi, bahkan digelar aneka pertunjukan kesenian daerah seperti Jaipong, Topeng, dan pemotongan kerbau yang dagingnya dibagikan kepada masyarakat. Tidak tanggung-tanggung, acaranya diadakan selama tujuh hari tujuh malam.
“Ini adalah ungkapan rasa terimakasih dan penghargaan kepada Gadid karena telah menyebarkan Islam di Cabangbungin,” kata Linih yang menolak jika ziarah di makam tersebut dianggap syirik.
Karena peran pentingnya dalam penyebaran Islam dan perjuangan melawan penjajah, Disparbudpora Kabupaten Bekasi berencana menjadikan Kramat Batok sebagai Cagar Budaya. Selain itu, tempat tersebut juga direncakan menjadi objek tujuan wisata sejarah dan spiritual baik untuk wisatawan lokal maupun mancanegara.
"Kami sudah usulkan untuk dijadikan benda cagar budaya. Masak masyarakat diluar Bekasi tahu tentang hal ini, tapi masyarakat Bekasi sendiri gak tahu. Ini tugas kami untuk menjaga budaya dan warisan sejarah Bekasi," ujar staf bidang budaya dan pariwisata Afiat Yoga.
(brat)
Comments