sponsor

Slider

Seputar Bekasi

Pemerintahan

Tokoh

Kuliner

Piknik

Olah Raga

Intan IFC " Ga Perlu Densus Anti Korupsi Cukup Tdk Pungli Dan Korupsi Saja.

Jakarta -  Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Mabes Polri Kombes Pol Agus Rianto menegaskan, bahwa dibentuknya Datasemen Khusus (Densus) Anti Korupsi di institusi Polri tidaklah semudah yang dibayangkan.

Banyak proses yang harus dilalui untuk membentuk Dansus baru tersebut. "Itukan ada mekanismenya. Struktur Polri mengacu pada ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Kemen PAN-RB. Bagaimana nanti penganggarannya? Personelnya bagaimana? Dan banyak permasalahan lain yang menyangkut organisasi," kata Agus di Kantor Divisi Humas Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (18/10/2013).

Namun, Agus mengatakan bahwa Mabes Polri akan membahas hal tersebut untuk menindak lanjutinya. "Nanti akan kami tindak lanjuti," pungkas Agus.

Namun ketua Indonesia Fight Corruption Intan Sari Geny " Terpilihnya Sutarman menjadi Kapori yang baru ga perlu bentuk Densus Anti Korupsi untuk kasus korupsi kita serahkan KPK karna masyarakat jelas lebih percaya dengan KPK. Kepolisian cukup membersihkan jajarannya dari tingkat tinggi sampai rendah tidak pungli dan korupsi itu sudah berprestasi dan  membantu indonesia lebih baik ujarnya...

Seperti diberitakan sebelumnya, usulan anggota Komisi III DPR dari Fraksi PPP Ahmad Yani, agar calon tunggal Kapolri Komjen Pol Sutarman membentuk Densus Anti Korupsi, rupanya ditanggapi serius oleh Sutarman.

Sutarman mengatakan jika dirinya menjadi Kapolri, Sutarman akan mempertimbangkan dibentuknya Densus Anti Korupsi tersebut, agar kepercayaan masyarakat kepada institusi yang sebentar lagi digawangi oleh Sutarman kembali lagi.

"Itu bagian yang harus. Operasionalnya akan kami tingkatkan," kata Sutarman usai fit and proper testdi DPR, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis 17 Oktober 2013, malam.

Namun, Sutarman meyakini hal tersebut tidak akan mudah. Karena akan menyangkut dengan kelembagaan. "Jadi tidak hanya menyangkut institusi Polri saja, tetapi juga harus sampai ke Men PAN-RB. Harus didiskusikan terlebih dahulu, kalau itu bisa dibentuk, pasti akan sangat luar biasa," pungkas jenderal polisi bintang tiga tersebut.

APLC Ajak Warga Jaga Suasana Kondusif

Asosiasi Pengusaha Limbah Cikarang (APLC ) mengajak agar semua elemen masyarakat yang berada di Kabupaten Bekasi, untuk tetap mejaga Kabupaten Bekasi selalu kondusif, aman dan nyaman.

Menurut data APLC, sejak tahun 2012, kurang lebih 15 Perusahaan yang hengkang dan menutup produksinya dari Kabupaten Bekasi. “ Akibat hengkangnya 15 pabrik tersebut, sekitar 7.500 karyawan kini menganggur “ Ujar Budiyanto anggota DPRD Komisi C, yang juga menjabat sekertaris APLC di Hotel Sahid, (08/10).

Menurut  Budianto, 7.500 orang yang kini tak lagi bekerja,  maka akan berdampak pada ekonomi di sekitar Cikarang, mulai dari rumah rumah makan hingga pengusaha jasa rumah kontrakan.

Belakangan ini,  bukan saja aksi unjuk rasa buruh yang dikhawatirkan, mereka , tak sekedar unjuk rasa menuntut kesejahteraan,  tapi ada kepentingan politik yang menungganginya. ’’Untuk itu, untuk menghindari sikap perusahaan hengkang dari Kabupaten Bekasi, sebaiknya seluruh elemen untuk menjaga Kabupaten Bekasi agar aman, tanpa ada gangguan apa pun,” pungkasnya. (red)



Editor: Robby Al Amien

Tetap Siapkan Anggaran Untuk Jamkesda

Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yang akan dilaksanakan sejak awal Januari 2014, siap dilaksanakan oleh jajaran Dinas Kesehatan Kabuten Bekasi.

Hal ini diungkapkan Moermansyah Bestari, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, ketika ditemui bekasikab.go.id, Selasa (1/10), di ruang tunggu poliklinik pemerintah daerah Kabupaten Bekasi.

Menurut dokter Ari, begitu beliau biasa disapa, " Implementasi dari program BPJS di Kabupaten Bekasi saat ini adalah kami telah mengirimkan data-data rumah sakit yang dapat dipergunakan oleh BPJS. Karena rumah sakit tersebut akan di seleksi terlebih dahulu."

Lebih lanjut, dr Ari mengatakan, " Pada prinsipnya puskesmas sudah siap melaksanakan program-program BPJS. Namun demikian, untuk pelayanan masyarakat miskin, kami tetap menganggarkan anggaran Jaminan Kesehatan  Daerah (Jamkesda) dan Jaminan Persalinan (Jampersal). Pada tahun ini, kami menganggarkan sebesar 40 milyar untuk jamkesda, yang lebih banyak digunakan untuk membayar biaya perawatan masyarakat miskin yang dirawat di sejumlah rumah sakit, namun biayanya belum dibayarkan oleh pemerintah daerah. Jadi, sekarang sudah lunas, tidak ada hutang pemda ke pihak rumah sakit."

"Kedepannya, kami mengharapkan, sudah tidak ada kendala lagi dari pihak rumah sakit dalam menerima pasien masyarakat miskin." Terang dr. Ari.

" Pada tahun 2014 nanti," lanjut dr Ari, " Kami tetap menganggarkan anggaran untuk jamkesda, yang maksudnya untuk menanggulangi masyarakat miskin yang tidak terdata oleh program BPJS." (red)



Editor: Robby Al Amien

Sabilillah: Harian Bogor Ekspres Wajib Di Audit

Persoalan internal Harian Bogor Ekspres akhirnya dibuka ke ranah publik setelah Heru Basuki melapor ke pihak kepolisian terkait raibnya dana investasi sekira Rp300 Juta yang belum jelas peruntukannya.

Persoalannya mendadak serius, padahal sebelumnya antara manajemen Bogor dan Bekasi hubungannya harmonis.

Hal ini membuat salah seorang penggagas Harian Bogor Ekspres, Sabilillah, angkat bicara guna mengklarifikasi permasalahan yang sudah diputar balikan. "Hubungan kami sangat harmonis selama ini, tapi mendadak ada peta konflik. Yang jelas yang makan uang itu bukan Jin," jelasnya.

Pria yang akrab dipanggil Al Sabili ini mendesak agar dilakukan audit keuangan segera. "Semestinya ada klarifikasi dahulu diantara para pendiri, jadi laporan kepolisian tidak menjadi senjata makan tuan nantinya," kata mantan produser CBB FM Jakarta ini.

Menurut dia, para pendiri koran lokal bogor ini meliputi Heru Basuki, Chaidir Rusli, Sabilillah, dan Nico Godjang. "Mas Nico datang terakhir setelah semua konsep koran siap kita ramu. saat dia diminta mas Heru untuk gabung dalam pertemuan di sebuah kafe kawasan Pafesta Cisarua di awal Desember 2011 lalu, disaksikan rekan - rekan saya dari Jakarta Utara," lanjutnya.

Pria yang dijuluki Ki Kolot ini mengulas sebait kalimat yang dilontarkan Nico Godjang usai kesepakatan bersama di Pafesta Cisarua yang diamini dari para pendiri, "Jangan Ada Dusta Diantara Kita". Sejak ada pernyataan pailit, dirinya juga sudah berusaha meminta klarifikasi kepada Heru Basuki dan Nico Godjang melalui selular.

"Namun mas Heru sulit dihubungi. Mas Nico juga hanya menjawab singkat prihal hutang piutang dipercetakan termasuk belum adanya laporan  keuangan dari Bogor," urainya.

Sampai saat ini, lanjut dia, para pendiri belum pernah dipertemukan dengan pemilik modal yang konon berdomisili di Bandung. Padahal, mas Heru selalu gembar - gembor akan ada pertemuan dengan pemodal dan hingga kasus ini diangkat ke ranah publik tak pernah terwujud.

Tak sampai disitu, Heru juga pernah menjanjikan kepada Sabilillah dan Chaidir Rusli bahwa namanya akan masuk kedalam akta notaris sebagai pendiri, meskipun tak terwujud, keduanya tetap enjoy melaksanakan tugas sebagai pekerja.

"Juga, janji mas Heru itu sejak bulan Nopember 2011, janjinya bukan kepada saya saja, tapi juga kepada Chaidir. Belum lagi soal dana ratusan juta hanya dia yang tahu alirannya dari siapa dan untuk apa saja, dan kami tidak pernah diberi tahu soal keuangan," tambahnya.


Harian Bogor Ekspres Belum Pailit

Mendadak Heru Basuki melalui Chaidir Rusli menyatakan bahwa Harian Bogor Ekspres sudah pailit. Padahal, koran ini baru memasuki bulan ke empat dan prospeknya cukup cerah sebagai koran lokal Bogor pendatang baru.

"Sementara belum ada audit sebelumnya dan tidak ada penjelasan resmi mengenai pokok persoalan terhentinya pasokan dana. Maka saya yakin Harian Bogor Ekspres belum pailit," tegas Sabilillah. Akibatnya, tambah dia, yang dirugikan adalah semua rekan kerja di Bogor yang sedang bersemangat membesarkan koran tiba - tiba dibuat "down" dengan pernyataan sepihak itu.

"Berulang kali saya tanyakan kepada adik saya, Chaidir Rusli, untuk menjelaskan duduk persoalannya. Tapi Chaidir pun geleng kepala dan mengaku hanya mengurus keuangan, pemasaran dan periklanan khusus Bogor saja. Itu pun keuangan Bogor ga jelas juga, saling lempar antara mas Heru dan Chaidir," ungkapnya lagi.

Atas permasalahan ini, Sabilillah mengaku sangat dirugikan dari semua aktifitas media online menjadi terbengkalai sejak akhir tahun 2011. Lantaran tersita waktu tenaga pemikiran yang diminta Heru Basuki dan Chaidir Rusli untuk fokus menyusun konsep koran, menyiapkan sumber daya manusia, pembekalan bagi calon wartawan yang direkrut, dan simulasi penerbitan sebanyak dua kali sampai akhir Februari 2012.

"Jujur saja, saya dan semua kru di Bogor jadi mandi malu. Malah sekarang Chaidir belum mau balas sms saya lagi, kan akhirnya hubungan silaturahim di Bogor terancam," ucap dia.

Tak hanya itu, dia akhirnya menjadi sasaran bagi para kru yang belum menerima upah selama melaksanakan tugas - tugasnya. "Baca nih sms dari beberapa kru yang belum kebagian upah, kalimatnya ketus dan gak enak dibaca kan?!, koq jadi saya yang dikejar untuk bayar upah padahal saya tidak pernah urusi soal uang kecuali berita dan berita setiap hari," paparnya sambil menunjukan isi sms di ponselnya.

Saat dirinya menyampaikan hal ini malah terjadi kesalah pahaman dengan Chaidir Rusli. Terlebih saat ditanya dana pemasukan iklan, hasil penjualan koran dan barang - barang inventaris kantor yang mulai raib satu per satu. Ditambah lagi adanya janji Heru Basuki di kafe SPBU/PO Lorena Tajur Bogor, sekira akhir bulan Mei 2012, bahwa para kru akan dibayar rapel dua bulan sekaligus selambatnya tanggal 5 Juli 2012.

Mengenai persoalan Heru Basuki menginap di hotel parama puncak, jalan - jalan ke Bali, beli mobil baru, isu pengalihan dana koran ke Majalah Sepeda, maupun iming - iming akan ada rekening pencucian uang segala baru diketahui Sabilillah dari adiknya, Chaidir Rusli.

Menyikapi itu semua, Sabilillah berharap kepada para pendiri untuk kembali duduk bersama dan mengundang semua pendiri termasuk pemodal agar duduk perkara yang sebenarnya terungkap tidak ada fitnah diantaranya.

"Kalau ga ada yang mau fasilitasi, biarlah Saya usahakan yang akan memfasilitasi pertemuan di Cibinong, ini khusus dihadiri Si Pemodal, Heru, Nico, Chaidir. Mohon maaf tidak perlu bawa pendamping dan yang tidak berkepentingan saya tegaskan tidak usah hadir karena saya akan usir. Sebab, pertemuan ini khusus menyelesaikan persoalan internal, saya ingin semua akur kembali," tegas Sabilillah. (roy)

Gegerkan Bekasi Ekspres Uang Panas Dimakan Jin


Seperti diberitakan sebelumnya di media online Berita Bekasi, Harian Bekasi Ekspres, perseteruan antara petinggi koran ini yang masuk keranah hukum diduga berasal dari uang panas Rp 300 juta milik seseorang pejabat yang tak mau muncul “JIN”.

Laporan ini masuk dalam kepolisian Resot Kota Bekasi bernomor polisi, LP: 2508/K/IX/SPK/Resta Bks Kota, atas dugaan penipuan dan penggelapan. Namun, Pimpinan Redaksi Bekasi Ekspres, Nico Godjang seperti kebingungan mengenai uang "JIN" tersebut.

Dituding menggelapkan uang investasi ratusan juta, Pimpinan Redaksi (Pimred) Harian Bekasi Ekspres, Nico Godjang dipolisikan, oleh mantan pegawainya, Heru Basuki, pada Selasa (18/9/2012).

Heru yang pernah menjabat sebagai Manager Pemasaran di Harian Bekasi Ekspres tersebut, mendatangi SPKT Polresta Bekasi Kota untuk melaporkan atas dugaan penipuan dan penggelapan dana investasi yang meencapai Rp296,7 juta, dengan membuat laporan bernomor polisi, LP: 2508/K/IX/SPK/Resta Bks Kota, atas dugaan penipuan dan penggelapan.

“Uang tersebut digelapkan oleh Pimred Bekasi Ekspres, Nico Godjang untuk pembiayaan bisnis media cetak,” ujar pria yang tinggal di Jalan Swadaya 1, RT 1 RW 02 No 11, Kelurahan Jatiwaringin, Pondokgede ini saat membuat laporan di Mapolres Bekasi Kota.

Dari penuturan Heru, peristiwa itu bermula ketika dirinya ikut menanam investasi guna pengembangan sebuah Koran di Bogor. Korban memberikan uang kepada Nico Godjang, senilai Rp296.701.150 di sebuah kantor, di Ruko Bekasi Mas Blok E No.3 Jalan, Ahmad Yani Bekasi Selatan.


Uang itu kata dia, diserahkan tiga tahap, tahap pertama, 2 Maret 2012 Rp217.550.000, tahap kedua 7 Maret 2012 Rp21.344.000, dan terakhir pada 30 Maret 2012 senilai Rp57.807.150.

’’Semua penyerahan uang itu disertai dengan bukti kwitansi. Ditandatangani oleh M Yamin yang saat itu selaku Manajer Kuangan,” ujarnya.

"Saat saya menyerahkan uang tersebut ke Nico Godjang, dia menjanjikan kepada saya akan dijadikan sebagai salah satu pemegang saham di perusahaan tersebut. Namun kenyataannya, media itu malah tutup, dan uang saya hingga saat ini belum dikembalikan juga,” terangnya.

Dikatakan Heru, pada 5 Juni 2012, dia mencoba minta klarifikasi kepada Nico Godjang. Tapi, Nico melempar tanggung jawab kepada investor yang tertera di akta perusahaan. "Saya membawa masalah ini ke ranah hukum, dengan harapan dia (Nico-red) dapat memberikan kejelasan dan pertanggung jawaban sepenuhnya perihal dana yang telah digunakan sekaligus mengembalikan uang tersebut kepada saya,” tukasnya.

Nico Godjang ketika dikonfirmasi membantah telah menipu dan menggelapkan uang milik Heru. ’’Jangankan memegang, melihat saja belum,” jawabnya.

Nico mengakui, dirinya memang ada hubungan kerjasama investasi dengan Heru. Namun, kerjasama itu buntu ketika rekan Heru (Bosnya Heru) tidak menampakkan diri saat akan membahas masalah saham perusahaan ketika pailit.

Adanya laporan Heru Basuki terhadap Nico Godjang, membuat para mantan wartawan Bogor Ekspres berang. Pasalnya, Heru yang saat itu menjabat sebagai manager keuangan di Harian Bogor Ekspres, dianggapnya telah menipu seluruh karyawan Bogor Ekspres, yang tidak memberikan gajinya.

“Baru satu bulan koran Bogor Ekspres berjalan, kami tidak diberi gaji. Alasan Heru saat itu, uang operasional Bogor Ekspres dipakai untuk operasional Bekasi Eskpres. Belum lagi informasi yang saya dapat karyawan Bekasi Ekspres juga tidak digaji dengan alasan yang sama Heru bilang uang operasionalnya dipakai oleh Bogor Ekspres. Kita dibuat bingung, padahal kami tahu ada uang invest untuk Bogor Ekspres Rp300 juta. Masa, baru satu bulan uang sudah habis,” ucap MN kepada www. beritabekasi.co.

MN menambahkan, kami bersama teman-teman sempat heran, Heru yang baru saja menerima uang Rp300 juta tersebut, sudah bisa membeli sebuah mobil dan mengajak keluarganya berlibur ke Bali selama satu minggu.

“Padahal Heru sudah pakai mobil operasional Bekasi Ekspres. Secepat itu, Heru bisa membeli barang-barang berjalan dan bahkan sudah memiliki rumah makan di Bekasi,” ucapnya.

MN bersama teman-teman dari Bogor Ekspres mengaku sempat akan melaporkan Heru ke polisi karena telah menggelapkan uang perusahaan. “Sayang kami tak punya bukti-bukti kuat. Kalau uang tersebut tidak digelapkan, kenapa sampai hari ini gaji kami belum juga dibayarkan oleh Heru,” tegasnya, seraya meminta kepada Heru untuk segera membayar gaji karyawan Bogor Ekspres yang sampai hari ini belum juga diberikan. (Last modified on Wednesday, 19 September 2012 13:47 - beritabekasi co )

Didukung Keluarga

Hikmah Suzela
Mengikuti sejumlah pelatihan di luar sekolah, sungguh menyita waktu Hikmah Suzela. Yah, Hikmah yang menjabat Wakepsek Kesiswaan Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global (SDI TPG) ini mengaku tengah disibukkan pelatihan.

Kendati demikian, Hikmah mengaku semangat menjalankan aktivitas itu. Dia sadar, pelatihan itu tak hanya bermanfaat bagi dirinya, namun bagi kemajuan sekolah dan anak didiknya.

Terlebih lagi, keluarganya pun juga ikut mendukung supaya Hikmah selalu membina para siswa agar semakin pintar.

“Keluarga selalu mensupport saya untuk mengikuti pelatihan dan mengajar siswa. Dukungan merekalah yang selalu membuatku semangat. Apalagi ilmu yang kudapat nanti juga untuk memajukan sekolah ke jenjang akreditas yang lebih tinggi,” kata perempuan yang murah senyum ini. (sam)

Didukung Keluarga

Mengikuti sejumlah pelatihan di luar sekolah, sungguh menyita waktu Hikmah Suzela. Yah, Hikmah yang menjabat Wakepsek Kesiswaan Sekolah Dasar Islam Teratai Putih Global (SDI TPG) ini mengaku tengah disibukkan pelatihan.

Kendati demikian, Hikmah mengaku semangat menjalankan aktivitas itu. Dia sadar, pelatihan itu tak hanya bermanfaat bagi dirinya, namun bagi kemajuan sekolah dan anak didiknya.

Terlebih lagi, keluarganya pun juga ikut mendukung supaya Hikmah selalu membina para siswa agar semakin pintar.

“Keluarga selalu mensupport saya untuk mengikuti pelatihan dan mengajar siswa. Dukungan merekalah yang selalu membuatku semangat. Apalagi ilmu yang kudapat nanti juga untuk memajukan sekolah ke jenjang akreditas yang lebih tinggi,” kata perempuan yang murah senyum ini. (sam)
 
Sumber : radar-bekasi 
 
 

Kenalkan Indonesia pada Jepang

Dini Angela Fitriyanti
Bisa ke Jepang merupakan hal yang luar biasa, Apalagi mewakili Bekasi untuk pertukaran pelajar. Dini Angela Fitriyanti, dengan bangga bisa ke negara sakura bersama wakil Indonesia lainnya untuk mempelajari kebudayaan Jepang yang dikenal sangat displin.

Menurut gadis yang sekolah di SMAN 14 ini, tidak hanya mempelajari kebudayaan jepang saja. Namun, ia juga mensosialisasikan tata krama warga Indonesia di Jepang. Sehingga memberikan kebanggan dirinya menjadi warga Indonesia yang dikenal sopan.

“Di Jepang, aku memiliki keluarga angkat dan mendapatkan kebudayaan sopan santu di Jepang dan aku pun mensosialisasikan tata krama orang Indonesia di Jepang seperti saat mau pamit aku selalu cium tangan yang membuat mereka heran. Namun, mereka pun sangat senang,” tutur siswi Kelas XII ini.

Menurutnya, ilmu yang didapat di Jepang akan diterapkan di Indonesia seperti tidak ada satu pun sampah yang berceceran di lingkungan dan selalu tepat waktu pada jam sekolah dan bekerja.

“Pokonya hal yang positif aku dapatkan disana akan aku terapkan di Indoensia sehari-hari,” kata siswi yang pernah menjadi wakil provinsi untuk Paskibraka. (sam)
 
Sumber : radar-bekasi

Walikota Bekasi

gb
NAMA:  

Dr. H. RAHMAT EFFENDI

TEMPAT TANGGAL LAHIR:

BEKASI, 3 PEBRUARI 1964

ALAMAT:          

JL. RAYA PEKAYON INDAH BLOK DD NO 37 – 39
PEKAYON JAYA – BEKASI SELATAN

RIWAYAT PENDIDIKAN: 

SD NEGERI TAHUN 1979
SMP TAHUN 1982
SMA TAHUN 1985
SARJANA S1 TAHUN 2000
SARJANA S2 TAHUN 2006
SARJANA S3 TAHUN 2010
                       
PENGALAMAN ORGANISASI :      

KETUA LKMD PEKAYON JAYA
KETUA PK GOLKAR BEKASI SELATAN
KETUA DPD MKGR KOTA BEKASI
KETUA DPD AMPI KOTA BEKASI
WASEKJEN DPD MKGR
PENGURUS KONI KOTA BEKASI
KETUA PERBASI KOTA BEKASI
PENGURUS DAERAH PSSI JAWA BARAT
ANGGOTA RAPI KOTA BEKASI
PENASEHAT ORARI KOTA BEKASI (YG1BKS)
DEWAN PENASEHAT PEKAT INDONESIA BERSATU BEKASI

PENGALAMAN PEKERJAAN           :          

ASSISTEN WAREHOUSING PT HALLIBURTON INDONESIA
LOGISTIC SUPERVISOR PT HALLIBURTON INDONESIA
DIREKTUR PT RAMPITA ADITAMA RIZKI
ANGGOTA DPRD KOTA BEKASI 1999 – 2004
KETUA DPRD KOTA BEKASI 2004 – 2008

JABATAN SEKARANG :   

WALIKOTA BEKASI
KETUA DPP PARTAI GOLONGAN KARYA

Agus Suripto : Membangun Pemuda Bekasi Yang Mandiri

Bekasi - Pemuda Adalah potensi yang harus dikelola dengan baik agar bisa memberi daya guna dan manfaat, bukan saja buat pemuda itu sendiri tapi juga untuk masyarakat banyak. Salah satu wadah untuk menyalurkan aspirasi dan mengelola potensi pemuda adalah Karang Taruna. Strukturnya yang merambah sampai ke tingkat RT membuat Karang Taruna menjadi lembaga yang strategis.

”Uniknya dari Karang Taruna adalah semangat kemandirian dari mulai tingkat Nasional hingga RT. Namun tetap dalam kordinasi yang jelas” kata Agus Suripto, Ketua Karang Taruna Kabupaten Bekasi.

Bebeda dengan organisasi kepemudaan lainnya yang cenderung berorientasi pada bidang politik. Karang Taruna justeru lebih fokus pada permasalan pemberdayaan pemuda dan kegiatan sosial yang berkenaan langsung dengan kebutuhan masyarakat. Sebab, kata Agus, kemandirian adalah hal yang paling mendesak untuk segera dikuasai oleh para pemuda. Bukan saja secara ekonomi, tapi juga politik dan budaya

”Pemuda harus punya kualitas secara personal, yang pasti akan mampu menguatkan kapasitas kelembagaan” kata pria kelahiran Bekasi, 15 Agustus 1966 tersebut.

Wacana yang dibangun di Karang Taruna Kabupaten Bekasi saat ini adalah pembacaan potensi dan masalah yang ada disekitar tiap-tiap kepengurusan Karang Taruna. Misalnya, Karang Taruna di tingkat Kelurahan harus melakukan pemetaan atau analisis, agar dapat mengenali potensi daerahnya, masalah yang ada, dan tentu saja menjadi bagian dari solusi. Agus bahkan membebaskan para pengurus Karang Taruna Kecamatan dan Kelurahan untuk melakukan inovasi program sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

”Tidak mengherankan jika antara Karang Taruna berbeda-beda program. Ada yang mengurusi limbah untuk daerah industri, ada juga yang konsentrasi pada peternakan dan pertanian. Sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing” jelas pria jebolan IKIP Jakarta tahun 1985 tersebut.

Menurut Agus, para pemuda harus dibiasakan untuk berfikir kritis dan kreatif serta bersikap mandiri. Sebab, persaingan ke depan akan semakin ketat. Apalagi Kabupaten Bekasi adalah daerah industri yang didatangi banyak orang untuk mengadu peruntungan. Sehingga, bekerja menjadi buruh di Pabrik harus tidak lagi menjadi orientasi pemuda Bekasi. Tapi harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan.

”Karang Taruna bukan saja membina pemuda, tapi juga menjadi wadah komunikasi dan interaksi sosial. Sehingga ada pergulatan ide yang tetap dalam kerangka kebekasian” kata penyandang gelar magister menejemen ilmu pendidikan tersebut.

Pada tahun 2010 ini, beberapa program sedang disiapkan oleh Karang Taruna. Salah satunya adalah memperjuangkan lahirnya Sasana Krida Taruna (KST). Agus menjelaskan bahwa nantinya KST ini akan menjadi pusat kegiatan pemuda, yang bukan hanya menyediakan gedung untuk kantor dan tempat pertemuan, tapi juga ruang belajar di alam terbuka. KST sendiri sudah ada di beberapa daerah di Jawa Barat.

“Jadi tempat ini dirancang untuk menjadi pusat kegiatan se Kabupaten Bekasi” jelasnya.


Saat ini, imbuh Agus, Karang Taruna sudah memiliki pilihan tempat yang tepat untuk KST. Diantara adalah sarana fasos yang berada di Kecamatan Babelan, Cikarang Utara dan Bojong Mangu. Rencananya, gagasan ini akan disampaikan kepada Bupati dan DPRD Kabupaten Bekasi dalam waktu dekat untuk mendapatkan persetujuan pada tahun 2010.

Selain pembangunan KST, Agus juga meminta kepada Pemkab Bekasi dapat bekerjasama dengan Karang Taruna. Menurut Agus, posisi kerjasama yang sudah dibangun dengan Pemkab belum bisa diikuti di tingkat kecamatan dan kelurahan. Salah satu bentuk kerjasamanya adalah penyediaan kantor sekretariat yang difasilitasi oleh Lurah dan Camat. “Camat dan lurah belum semuanya bisa diajak untuk sama-sama memikirkan masa depan masyarakat Bekasi” jelasnya.

Disela kesibukannya mengurus Karang Taruna Kabupaten Bekasi, Agus juga tetap mengeluti bidang keilmuannya sebagai pengajar. Ia merupakan pendiri sekaligus ketua Yayasan Pendidikan Nurhidayah, yang memiliki sekolah dari mulai TK hingga SMA di daerah Tambun Selatan. Menurutnya, jiwanya sebagai seorang pendidik tidak akan bisa dilepaskan begitu saja, tapi terus melekat.

”Semangat sebagai seorang guru sudah mendarah daging dalam tubuh dan jiwa saya. Meski tidak mengajar secara khusus, namun mengeluti sekolah dan berinteraksi dengan para murid adalah kepuasan tersendiri buat saya” pungkas ayah dari tiga orang anak tersebut. (brat)

Ali Anwar Somad Merawat Kenangan Sang Kiai

Berkutat pada benda-benda usang bagi banyak orang tidaklah menarik, bahkan serasa membosankan. Namun, bagi Ali Anwar Somad, justru menjadi pekerjaan yang mengasyikkan. Dia merasa bertamasya ke masa lalu mengumpulkan serpihan-serpihan kenangan.

“Seluruh dokumentasi KH Noer Ali dan pesantrean Attaqwa saya yang mengurus. Setiap hari berkutat dengan arsip-arsip lama membuat saya serasa lebih dekat dengan sosok Pak Kiai,” ujar Somad, kepala pusat arsip, dokumentasi dan publikasi Yayasan Attaqwa Kabupaten Bekasi.

Tidak mudah merawat benda-benda lawas, apalagi berbentuk kertas dan rekaman kaset tape atau radio. Butuh ketelatenan dan kehati-hatian, sebab waktu telah merapuhkannya. Salah memegang saja, bisa robek dan fatal akibatnya.

Arsip yang ada di perpustakaan Attaqwa berjumlah ribuan, untuk naskah-naskah lawas, Somad bahkan memburunya ke berbagai tempat, dia dengan telaten mengumpulkan satu demi satu.

Saat ini, dokumen yang sangat bernilai tersebut sebagian sudah ditulis ulang agar lebih awet dan mudah menyimpannya. Banyak mahasiswa yang datang untuk membuat skripsi tentang KH Noer Ali dan sejarah Pondok Pesantren Attawa, baik yang berasal dari internal maupun dari luar daerah. Keberadaan pusat data ini tentu sangat berharga.

“KH Noer Alie itu pahlawan nasional, bukan lagi milik keluarga dan Attaqwa saja. Semakin banyak orang yang menulis tentang beliau, maka semakin bagus,” kata pria kelahiran tahun 1955 yang akrab disapa Sekdes, karena dulu pernah didaulat menjadi Sekdes oleh KH Noer Ali.

Hanya saja, ada beberapa kaset rekaman video KH Noer Ali yang nyaris tidak bisa diselamatkan. Dimakan usia, dan sudah berjamur. Somad saat ini mengaku sedang mati-matian menyelamatkan rekaman-rekaman tersebut agar bisa ditransfer ke teknologi yang lebih canggih, namun belum juga menemukan jalan keluar.

“Saya sudah kemana-mana, tapi kebanyakan orang yang saya minta tolong menyerah. Satu-satu jalan harus dibawa ke luar negeri, karena ada teknologi yang bisa membaca pita kaset yang sudah lapuk sekalipun. Tapi anggarannya cukup besar,” kata Somad dengan nada menyesal.

Somad punya kenangan tersendiri kepada figure KH Noer Ali, yang sampai hari ini masih melekat dalam dirinya, yaitu Musik Gambus. Somad menggeluti Gambus sejak masih remaja. Dia menggenang, bahwa musik Gambus pertama kali diperkenalkan oleh KH Noer Ali saat baru pulang dari Tanah Suci. KH Noer Alie memerintahkan kepada aparat kepala desa untuk mengundang grup musik gambus terkenal dari daerah Kemayoran untuk tampil di kantor Desa.

“Waktu itu KH Noer Ali memperkenalkan musik gambus untuk membendung pengaruh kesenian Dombret yang sedang marak. Padahal Dombret lebih cenderung maksiat karena mempertontonkan aurat perempuan,” kenang Somad.

Usai tampil, KH Noer Ali meminta kepada pemimpin grup Gambus tersebut untuk melatih anak-anak muda di Ujung Harapan bermain gambus. Somad, adalah generasi awal yang ikut diminta bergabung dalam grup Gambus tersebut.

“Kalau dulu belajar gambus harus melihat langsung, sekarang sudah banyak kaset rekaman jadi lebih mudah,” kata Somad.

Dalam perkembangannya, selain gambus muncul Kosidah dan terakhir adalah marawis. Di Ujung Harapan sendiri masih ada tiga grup musik yang masih eksis.

“Meskipun harus bersaing dengan organ tunggal, tapi gambus, kosidah dan marawis tetap bertahan di kalangan masyarakat Bekasi,” ujar Somad yang juga penanggungjawab Radio Attaqwa.

Kini Somad hanya menyaksikan kenangan-kenangan tersebut dari ribuan dokumen yang digelutinya setiap hari. Dia berharap, dokumen tersebut bisa beranak-pinak menjadi ribuan buku, yang memberi pencerahan kepada generasi sesudahnya.

“Pesantren adalah benteng terakhir umat, jika pesantren sudah tidak bisa menjaga nilai dan idealismenya, maka bangsa ini akan runtuh. Sejarah telah mencacat peran pesantren yang sangat besar, bukan hanya menyebarkan agama Islam, mendidik generasi penerus, tapi juga ikut berjuang dan membangun,” kata Somad dengan mata berkaca penuh harap. (brat)