Bekasi - Bila Anda orang Bekasi, mungkin tidak asing dengan menu khas pecak bandeng. Biasanya, masyarakat Bekasi menyajikan pecak bandeng saat buka puasa terakhir atau satu hari sebelum lebaran. Budaya ini merupakan bentuk bakti seorang anak terhadap orangtua. Anak (sudah berkeluarga) bisa dianggap tidak tahu tata krama kalau tak membawakan pecak bandeng untuk orangtua.
“Walaupun saya menantu, kalau istri tak membuat pecak bandeng pasti saya kena marah mertua,” ucap Hari (33) yang tinggal di Kampung Bungur.
Menurut Hari, ia merasakan benar perbedaan budaya (kuliner) Bekasi dengan budaya daerahnya di luar Pulau Jawa. Kadang-kadang terasa sangat janggal dan unik. Sering sekali ia mencicipi makanan buatan keluarga istrinya yang tak pernah ia temui di Padang.
“Saya pernah dibuatkan kue bahannya dari bihun. Awalnya saya terkejut, tapi setelah dicicipi ternyata rasanya enak,” ungkapnya.
Saat menikmati pecak bandeng, ada aturan yang berlaku dan mesti dituruti anggota keluarga. Misalnya, kepala ikan bandeng hanya boleh dimakan oleh kepala keluarga, sedangkan sang anak makan daging atau buntutnya saja. Walaupun terkesan aneh, sebenarnya budaya Bekasi memiliki nilai-nilai luhur, khususnya dalam hubungan kekeluargaan.
“Bayangkan, masa anak muda tidak boleh makan kepala bandeng, padahal kan yang enak justru kepalanya. Meskipun begitu, budaya ini mengajarkan kepada kita bahwa anak muda harus menghargai orang yang lebih tua,” kata Pria berdarah Padang yang menikah dengan wanita Bekasi ini sambil bercanda.
Sementara istri Hari, Midah (29), mengaku tidak terlalu kerepotan membuat pecak bandeng. Katanya, bumbu yang dibutuhkan untuk bikin masakan khas Bekasi ini tidak terlalu banyak, harganya murah, dan sering dijumpai di pasar maupun di tukang sayur keliling.
Dua hari sebelum lebaran di Bekasi Anda dapat menjumpai “pasar bandeng”. Hampir semua pasar di Bekasi menjual ikan bandeng. Padahal di hari-hari biasa ikan bandeng jarang ditemui. Masyarakat Bekasi menjelang lebaran justru memilih berburu bandeng daripada daging, meski harganya jauh lebih mahal.
“Bumbunya murah, tapi ikannya yang mahal. Walaupun mahal, saya harus memasak pecak bandeng. Kalau tidak, saya bisa jadi bahan omongan keluarga sepanjang hari,” ucap Midah di rumahnya.
Tepat di hari lebaran, orang Bekasi tidak lagi menyajikan menu pecak bandeng. Alasannya, pecak bandeng khusus dihidangkan untuk keluarga. Sedangkan untuk tetangga, mereka menyajikan semur daging atau opor ayam dengan tambahan masakan khas Bekasi lainnya.
“Kami patungan dulu sama orang-orang satu bulan sebelum lebaran. Waktu hari terakhir puasa atau pas lebarannya, kerbau dipotong dan dibagi rata,” ungkapnya.
Bahan pokok membuat pecak bandeng tentu saja ikan bandeng segar. Ikan bandeng yang telah dibersihkan (tanpa dipotong) segera lumuri dengan garam dan perasan jeruk. Setelah itu, ikan digoreng bersama bumbu yang sudah ditumis. Agar lebih empuk dagingnya, ikan bandeng yang telah digoreng, dibakar terlebih dahulu sambil diberi bumbu matang sebelum disajikan.
"Saya cukup menggorengnya saja, minyaknya lebih terasa. Memang kalau dibakar lebih harum, tapi soal rasa tidak jauh berbeda," jelas Midah.
Sebenarnya, tidak ada patokan resep khusus dalam pembuatan pecak bandeng. Ada orang yang menggunakan sambal mentah, ada pula yang menggunakan sambal matang tumisan. Bumbunya pun bisa berbeda sesuai selera, misalnya menambahkan rempah lain pada bumbu.
Selain dipecak, bandeng dapat diolah menjadi beragam menu saji saat lebaran. Bila tak membuat pecak, masyarakat Bekasi membuat pesmol bandeng. Orang Tionghoa yang tinggal di Bekasi, pada saat Tahun Baru Imlek, lebih senang mengolah bandeng resep pesmol yang minyaknya sangat kentara.
Bila di Jawa, pecak ikan lebih identik dengan sambal mentah dan ikannya pun disajikan langsung dalam cobek.Sedangkan di Bekasi, pembuatan pecak ikan sangat bervariatif. Tentu, bila ditanya resep, orang Bekasi akan melontarkan jawaban yang berbeda-beda.
Warga Kampung Tugu, Rustam (35), merasa bangga pada keunggulan kuliner Bekasi. Makanan khas Bekasi, katanya, tidak gampang didapati di luar Bekasi. Kalaupun ada pasti bumbu dan rasanya berbeda. Orang Bekasi lebih senang mencampurkan bumbu-bumbu yang dianggap tidak lazim, misalnya keluwek yang digunakan untuk bumbu Gabus pucung. Padahal keluwek bumbu khusus untuk rawon. Namun rasanya justru jadi luar biasa.
“Umumnya ikan bandeng dikecapin atau dipresto, tapi di Bekasi dipecak. Pecak bandeng pun bisa diolah berbeda-beda di Bekasi. Daun kelor saja bisa jadi sayur, di daerah lain mana ada yang mau makan daun kelor,” tandas Rustam.
(brat)
“Walaupun saya menantu, kalau istri tak membuat pecak bandeng pasti saya kena marah mertua,” ucap Hari (33) yang tinggal di Kampung Bungur.
Menurut Hari, ia merasakan benar perbedaan budaya (kuliner) Bekasi dengan budaya daerahnya di luar Pulau Jawa. Kadang-kadang terasa sangat janggal dan unik. Sering sekali ia mencicipi makanan buatan keluarga istrinya yang tak pernah ia temui di Padang.
“Saya pernah dibuatkan kue bahannya dari bihun. Awalnya saya terkejut, tapi setelah dicicipi ternyata rasanya enak,” ungkapnya.
Saat menikmati pecak bandeng, ada aturan yang berlaku dan mesti dituruti anggota keluarga. Misalnya, kepala ikan bandeng hanya boleh dimakan oleh kepala keluarga, sedangkan sang anak makan daging atau buntutnya saja. Walaupun terkesan aneh, sebenarnya budaya Bekasi memiliki nilai-nilai luhur, khususnya dalam hubungan kekeluargaan.
“Bayangkan, masa anak muda tidak boleh makan kepala bandeng, padahal kan yang enak justru kepalanya. Meskipun begitu, budaya ini mengajarkan kepada kita bahwa anak muda harus menghargai orang yang lebih tua,” kata Pria berdarah Padang yang menikah dengan wanita Bekasi ini sambil bercanda.
Sementara istri Hari, Midah (29), mengaku tidak terlalu kerepotan membuat pecak bandeng. Katanya, bumbu yang dibutuhkan untuk bikin masakan khas Bekasi ini tidak terlalu banyak, harganya murah, dan sering dijumpai di pasar maupun di tukang sayur keliling.
Dua hari sebelum lebaran di Bekasi Anda dapat menjumpai “pasar bandeng”. Hampir semua pasar di Bekasi menjual ikan bandeng. Padahal di hari-hari biasa ikan bandeng jarang ditemui. Masyarakat Bekasi menjelang lebaran justru memilih berburu bandeng daripada daging, meski harganya jauh lebih mahal.
“Bumbunya murah, tapi ikannya yang mahal. Walaupun mahal, saya harus memasak pecak bandeng. Kalau tidak, saya bisa jadi bahan omongan keluarga sepanjang hari,” ucap Midah di rumahnya.
Tepat di hari lebaran, orang Bekasi tidak lagi menyajikan menu pecak bandeng. Alasannya, pecak bandeng khusus dihidangkan untuk keluarga. Sedangkan untuk tetangga, mereka menyajikan semur daging atau opor ayam dengan tambahan masakan khas Bekasi lainnya.
“Kami patungan dulu sama orang-orang satu bulan sebelum lebaran. Waktu hari terakhir puasa atau pas lebarannya, kerbau dipotong dan dibagi rata,” ungkapnya.
Bahan pokok membuat pecak bandeng tentu saja ikan bandeng segar. Ikan bandeng yang telah dibersihkan (tanpa dipotong) segera lumuri dengan garam dan perasan jeruk. Setelah itu, ikan digoreng bersama bumbu yang sudah ditumis. Agar lebih empuk dagingnya, ikan bandeng yang telah digoreng, dibakar terlebih dahulu sambil diberi bumbu matang sebelum disajikan.
"Saya cukup menggorengnya saja, minyaknya lebih terasa. Memang kalau dibakar lebih harum, tapi soal rasa tidak jauh berbeda," jelas Midah.
Sebenarnya, tidak ada patokan resep khusus dalam pembuatan pecak bandeng. Ada orang yang menggunakan sambal mentah, ada pula yang menggunakan sambal matang tumisan. Bumbunya pun bisa berbeda sesuai selera, misalnya menambahkan rempah lain pada bumbu.
Selain dipecak, bandeng dapat diolah menjadi beragam menu saji saat lebaran. Bila tak membuat pecak, masyarakat Bekasi membuat pesmol bandeng. Orang Tionghoa yang tinggal di Bekasi, pada saat Tahun Baru Imlek, lebih senang mengolah bandeng resep pesmol yang minyaknya sangat kentara.
Bila di Jawa, pecak ikan lebih identik dengan sambal mentah dan ikannya pun disajikan langsung dalam cobek.Sedangkan di Bekasi, pembuatan pecak ikan sangat bervariatif. Tentu, bila ditanya resep, orang Bekasi akan melontarkan jawaban yang berbeda-beda.
Warga Kampung Tugu, Rustam (35), merasa bangga pada keunggulan kuliner Bekasi. Makanan khas Bekasi, katanya, tidak gampang didapati di luar Bekasi. Kalaupun ada pasti bumbu dan rasanya berbeda. Orang Bekasi lebih senang mencampurkan bumbu-bumbu yang dianggap tidak lazim, misalnya keluwek yang digunakan untuk bumbu Gabus pucung. Padahal keluwek bumbu khusus untuk rawon. Namun rasanya justru jadi luar biasa.
“Umumnya ikan bandeng dikecapin atau dipresto, tapi di Bekasi dipecak. Pecak bandeng pun bisa diolah berbeda-beda di Bekasi. Daun kelor saja bisa jadi sayur, di daerah lain mana ada yang mau makan daun kelor,” tandas Rustam.
(brat)
Tidak ada komentar: